(PERINGATAN UNTUK JOKO DKK)
l
Kalau kau mau kugambar sketsa mautmu, datanglah ke wisma itu !
Maut itu di atas meja diselimut jarik
Maut itu dalam jarik lamban, beralas tikar tapi hitam
Maut itu hidup-malas untuk tiba-tiba meledak;
Menghembuskan bunyi yang seram mengembang seprei,
Saat orang-orang alpa sepertimu pulas tertidur.
Kalau kau mau kugambar sketsa mautmu, datanglah ke wisma itu !
Maut itu ranjang berlayar menuju pelabuhan;
Tapi kapal berkayuh delapan,
Dimana ia menunggu berpakaian laksanama.
Maut itu menyerupai sapu;
Menyapu lantai mencari orang mati,
Ia berada dalam sapu,
Dan lidahnya berjarum mencari benang,
Mencari orang mati.
Kalau kau mau kugambar sketsa mautmu, datanglah ke wisma itu !
Maut itu........, saat kau harus mati
Dengan penuh luka, ngeri.
ll
Alangkah sepinya mereka yang mati,
Kawan !
Di sini di mana orang mati sendiri.
Betapa suram kau menyeret diri mereka,
Pelahan, masuk hari penuh bencana.
Maut di sini kejam,
Kawan !
Di mana padang terlalu lapang,
Di mana langit tinggi, tinggi di luhur.
Di sini ; kau hanya sekelumit
Begitu sengsara ditinggal di atas padang hitam.
Di bawah langit,
Di mana kau mengajak mereka menerjuni medan,
Sementara yang lain diam; tak bergerak di ambang pintu.
Dan jalan lesu menuntunmu ke pekuburan,
Lewat ; kubur-kubur penuh belulang senyap,
Sepotong kamboja putih bakal kujatuhkan di nisan,
Nisanmu, yang sepi sendiri.
Nganjuk, 12 Agustus 2024
DIENZA AGOESTHA

