Cari Blog Ini

Senin, 24 November 2025

Sambutan Ketua Umum dalam HUT Ke-80 PGRI dan HGN 2025

 HUT KE-80 PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
DAN HARI GURU NASIONAL TAHUN 2025

SAMBUTAN KETUA UMUM PENGURUS BESAR


Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Selamat Pagi, Salam Sejahtera, Shalom, Om Swastiastu, Namo Budhaya, Salam Kebajikan, Rahayu.

Yang sama-sama kita hormati, bapak/ibu ;

Gubernur, Bupati, Wali Kota, Ketua DPRD dan Jajaran Forkopinda, Kepala Dinas di tingkat Provinsi, Daerah Khusus, Daerah Istimewa, Kabupaten dan Kota seluruh Indonesia

Yang saya banggakan, saudara-saudara ;

Jajaran Pengurus PGRI di semua tingkatan, Provinsi, Daerah Khusus, Daerah Istimewa, Kabupaten, Kota sampai jajaran Cabang, Cabang Khusus, Ranting dan seluruh anggota PGRI seluruh Indonesia.

Yang berbahagia seluruh guru, tenaga kependidikan, para pendidik dan para siswa di seluruh pelosok Indonesia.

Pada hari ini, tepatnya tanggal 25 Nopember Tahun 2025, dengan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, di seluruh pelosok Indonesia kita bersama-sama melaksanakan Upacara dalam rangka memperingati HUT ke-80 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) bersamaan dengan peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2025.

Teriring ucapan selamat kepada seluruh Jajaran Pengurus PGRI di semua tingkatan baik Provinsi, Daerah Khusus, Daerah Istimewa, Kabupaten, Kota sampai tingkat Cabang maupun Ranting dan seluruh anggota PGRI yang tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta atas HUT ke-80

Juga saya ucapkan Selamat Hari Guru kepada seluruh guru, pendidik dan tenaga kependidikan

Ketika kita melaksanakan uapacara semacam ini, maka pikiran dan perhatian kita semua akan kembali tertuju pada peristiwa 80 tahun yang lalu. Tepatnya pada tanggal 25 Nopember tahun 1945, atau 100 hari setelah pekikan “MERDEKA” terwujud dalam Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. 

Namun, masih di tengah dentuman mempertahankan kemerdekaan, para guru dari seluruh Indonesia membulatkan tekat dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Sehingga, wadah PGRI ini sangat kental dengan nilai-nilai perjuangan, terutama dalam mengiringi kemerdekaan, yakni adalah pendidikan.

Juga pikiran dan perhatian kita, masih terngiang akan pesan pesan moral para guru waktu itu untuk menyuarakan akan pentingnya pendidikan semata-mata demi kemajuan bangsa. Mereka, saat ini sudah tidak dapat melihat dan menikmati apa yang mereka inginkan dan mereka cita-citakan. Kitalah yang harus bertanggung jawab atas pesan moral mereka untuk kita estafetkan pada generasi bangsa masa depan. Wajah-wajah pejuang pasti tidak akan luntur dari diri para guru dan menata pendidikan dari waktu ke waktu. Bersyukurlah sudah disediakan wadah yang bernama PGRI, sebagai wadah perjuangan, sebagai wadah mengembangkan profesi dan juga sebagai wadah meningkatkan kesejahteraan anggotanya, demi terus menggenjot semangat perjuangan mencerdaskan anak-anak bangsa di seluruh pelosok Indonesia.

Tentu pada kesempatan yang sangat istimewa ini, saya dan kami seluruh jajaran Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia menyampaikan dengan rasa tulus, terima kasih dan rasa bangga atas dedikasi dan pengabdian para guru, pendidik maupun tenaga kependidikan di seluruh pelosok Indonesia. Saya yakin akan ketulusan, dedikasi dan perjuangan saudara-saudara dicatat sebagai amal ibadah oleh Tuhan Yang Maha Esa, yang imbalannya akan kita peroleh di akhirat maupun kebaikan bagi anak cucu kita.

Teruslah berjuang saudara-saudaraku, teruslah mengabdi, demi masa depan bangsa yang lebih baik. Percayalah namamu akan selalu terukir dan dikenang oleh para peserta didik dan siswa tatkala mereka sudah mencapai kesuksesan.

Pada kesempatan ini juga, kami menghaturkan ribuan terima kasih kepada pemerintah di bawah pemimpin Negara ini Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Bapak Gibran Rakabumuraka, atas perhatian yang tidak pernah putus, dimana beliau-beliau terus berusaha meningkatkan kesejahteraan, meningkatkan keprofesiononalan, meningkatkan kemampuan guna menunjang pengabdian para guru, pendidik dan tenaga kependidikan bagi bangsa dan Negara. Kami terus berharap pemerintah tidak pernah berhenti untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, juga meningkatkan kemampuan mereka dalam pengabdiannya.

Negara Kesatuan Republik Indonesia meliputi wilayah yang sangat luas, maka sangat membutuhkan guru dengan jumlah yang sangat besar, tidak dapat dinafikkan bahwa saat ini jumlah guru ASN belum dapat memenuhi sesuai kebutuhan di seluruh Indonesia, maka masih banyak guru Non ASN, atau guru honorer. PGRI senantiasa mendampingi para guru honorer ini, untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya. Agar sesuai ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, kami tidak pernah lelah mengusulkan agar mereka dapat diangkat menjadi ASN, baik PPPK maupun PNS.

Tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada, di sebagaian tempat para guru masih harus berhadapan dengan hukum, padahal mereka semata menjalankan tugas profesinya. Untuk ini saya berharap kepada semua pihak untuk mecari solusi dan perlindungan bagi guru yang tengah menjalan tugas profesi. Hedaknya ada kesadaran di mana para guru harus dilakukan proses hukum dengan baik dan adil, Tidak semua tindakan dalam menjalankan profesi yang dianggap tidak tepat harus diproses hukum. Kami menggaris bawahi, bahwa memohon kepada pemerintah dapatnya menjaga tugas profesi para guru, pendidik dan tenaga kependidikan dengan perlindungan profesi yang layak.

Pada sisi lain, saya mengharap kepada para guru, pendidik dan tenaga kependidikan untuk menjaga harkat dan martabat profesi kita, jangan sampai cederai keluhuran profesi kita. Kalau kita dapat menjaga martabat dan keagungan profesi kita, maka semua pihak akan menghargai dan menghormati kita.

Mari kita terus menerus meningkatkan kompetensi kita sebagai guru sebagai pendidik maupun tenaga kependidikan, baik kompetensi pedagogik kita, kompetensi profesi kita, kompetensi sosial kita maupun kompetensi personal kita. Jangan pernah berhenti untuk belajar, jangan pernah berhenti untuk memperbaiki diri kita.

Semoga kita digolongkan orang-orang yang berbahagia di hari kemudian, karena keikhlasan dan ketulusan kita mengabdi demi bangsa dan Negara tercinta Indonesia.

Sekali lagi, Selamat HUT ke-80 PGRI dan Selamat Hari Guru Nasional Tahun 2025.

Terima kasih

Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Ketua Umum Pengurus Besar

Persatuan Guru Republik Indonesia

TTD

Dr. Drs. H. TEGUH SUMARNO, MM

Selasa, 29 Juli 2025

KWIK KIAN GIE: PIKIRAN YANG TAK PERNAH MATI

Oleh: Mansur Arsyad*)

Hari ini, Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya—Kwik Kian Gie. Seorang ekonom, teknokrat, dan cendekiawan yang menjadikan kejujuran sebagai prinsip, dan keberanian sebagai jalan hidup. Kepergiannya membuat negeri ini tidak hanya kehilangan pribadi yang bersuara lantang terhadap ketimpangan, melainkan kehilangan satu bentuk keberanian yang kini mulai langka: keberanian berpikir merdeka, berbicara apa adanya, dan hidup sesuai nurani.


Di tengah deretan pejabat yang kerap berlomba mempertontonkan kemewahan, dan—jangan lupa—akses fasilitas negara, Kwik Kian Gie justru memilih hidup sederhana. Padahal kemewahan itu terbentang di hadapannya. Bahkan mendatanginya. Namun ia memilih lorong sepi yang lebih mulia: setia pada nurani. Ia tahu, kekuasaan bisa memikat, tetapi integritas adalah satu-satunya harta yang tidak bisa digadaikan. Dan beliau memilih untuk tidak menjualnya, meski kadang harga pasarnya sedang tinggi-tingginya.

Kwik bukan hanya ekonom yang lengkap dari sisi metodologi, data dan ketajaman analisis. Ia adalah suara yang jernih yang kerap mengingatkan bahwa ekonomi bukan sekadar statistik, tapi tentang manusia, keadilan, kepedulian dan keberpihakan. Ia berbicara untuk rakyat kecil, meski mikrofon lebih sering diarahkan kepada mereka yang punya kepentingan besar. Keberpihakannya tidak berubah, meskipun panggung politik terus berganti aktor dan naskah.

Integritasnya memancar bukan hanya dari data dan logika yang ia sodorkan dalam setiap diskusi publik, tetapi dari pilihan hidup yang ia jalani. Ia bukan nasionalis karena retorika, tetapi karena laku. Ia tidak sekedar bernarasi, melainkan berdedikasi. Ia rela mempertaruhkan kenyamanan demi menegakkan kebenaran. Ia tak hanya tertulis dalam buku-buku kebangsaan, tetapi tercetak dalam hati setiap orang yang menyaksikan keteguhan dan ketulusannya.

Kini, ia telah berpulang. Tapi bukan sebagai konglomerat yang meninggalkan warisan saham dan segala jaminan kemewahan. Ia pergi sebagai pejuang pikiran dan gagasan, sebagai nasionalis sejati, sebagai sosok langka yang menolak ikut arus ketika arus itu membawa pada pengkhianatan atas prinsip.

Mungkin kelak kita akan melihat patungnya berdiri, atau namanya disebut dalam sesi-sesi perkuliahan ekonomi dan kebangsaan. Tapi sesungguhnya, warisan terbesar yang ia tinggalkan adalah teladan hidup— bahwa menjadi pintar itu penting, tetapi menjadi benar jauh lebih mendesak. Bahwa negeri ini tak hanya butuh pemikir, tapi pemikir yang jujur. Dan bahwa keberanian menyuarakan kebenaran akan selalu lebih mulia daripada diam demi kenyamanan.

Kita pun teringat pada ungkapan bijak: “Tidak semua pahlawan memakai jubah.” Beberapa hanya memakai kemeja sederhana, membawa data, berkata jujur dan berbicara tegas, dan menolak kompromi ketika nurani berkata tidak.

Selamat jalan, Bapak Kwik Kian Gie. Engkau telah menunaikan tugasmu dengan mulia. Pemikiranmu abadi, jasamu tak terlupakan. Dan semoga kini engkau beristirahat dalam kedamaian yang sepadan dengan kejujuran yang engkau jaga sepanjang hayatmu


Depok, Malam Hari

29 Juli 2025

*) Sekretaris Jenderal PB PGRI

Rabu, 16 Juli 2025

KASASI

Kami hari ini akan patahkan jejak, 

Mengantarkanmu kembali pulang ke rumah itu, 

Rumah sejati kita. 



Jangan takut, kawan ! 

Dendam orang-orang bodoh itu tidak akan menggentarkan langkah, 

Sebab kami tahu kehendak dan tindak,

Tentang apa yang hendak dituju. 

Satu jatuh, boleh saja ! 

Gantinya siap sedia. 

Walau sekalipun harus di tempat tegakku;

Esok mengering segenang darah hitam,

Dalam sinar matahari. 


Dengar kawan, keluh redup rumah yang terlalu lama kita tinggal, 

Parah terkena siksa !

Dengar kawan, dengar gelepur sayap-sayap gagak yang begitu banyak, 

Sudah merusak atapnya !


Percayalah, kami hari ini akan patahkan jejak, 

Mengantarkanmu kembali pulang ke rumah itu, 

Rumah sejati kita.


Berjanjilah, kawan ! 

Berjanjilah, bahwa itu rumah tercinta, 

Kediaman kita, 

Esok tidak akan lagi menunjukkan di atas tumpukan reruntuhan yang rapuh, 

Dan hancur luluh, 

Kerangka hitam berserpihan, 

Tak tentu bentuk, 


Berjanjilah, kawan ! 

Berjanjilah !

Bahwa itu rumah tercinta, 

Kediaman kita, 

Kau akan membersihkan, 

Dan menjadinya lebih indah. 


Nganjuk, 10 Juli 2025

Dienza Agoestha

Berita Hot

Sambutan Ketua Umum dalam HUT Ke-80 PGRI dan HGN 2025

 HUT KE-80 PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA DAN HARI GURU NASIONAL TAHUN 2025 SAMBUTAN KETUA UMUM PENGURUS BESAR Assalamu’alaikum warrahmat...

Berita Populer